Kisah Para Rasul 3:1-10


Halooo guys!! Aku yakin kalian semua kabarnya baik-baik saja ^^
Guys, hidup kita itu setiap harinya harus memberkati orang lain, benar bukan?
Nah, untuk itu guys aku mau berbagi berkat yang aku dapat dalam mata kuliah Tafsiran Kisah Para Rasul yang diampu oleh Pak Iwan Setiawan, M.Th yang bentar lagi bakal D.Th ^^. Semoga yang aku bagikan ini dapat membantu kalian semua, khususnya yang mahasiswa Theologi ya. Selamat membaca guys.


BAB I
PENDAHULUAN
Kuasa nama Yesus adalah nama yang berkuasa untuk mengadakan atau menjadikan sesuatu. Dengan kuasa nama Yesus maka banyak mujizat yang terjadi. Diantaranya adalah mengubah air menjadi anggur (Yohanes 2:1-11), menyembuhkan orang yang sakit lumpuh (Matius 9:1-8), menyembuhkan orang yang buta (Matius 9:27-31), menyembuhkan orang yang bisu (Matius 9:32-34), menyembuhkan orang sakit pendarahan, dan masih banyak yang lagi yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa Yesus sendiri mempunyai kuasa sehingga nama-Nya juga berkuasa. Ini juga menunjukkan bahwa Yesus memberikan pembebasan bagi mereka yang telah mengalami penderitaan, kesusahan dan kesulitan hidup, kekuarangan, yang mengalami kelemahan, dll.
Yesus telah memberikan kuasa itu pada rasul-rasul (Markus 16:17-18). Maka rasul-rasul dapat mengadakan mujizat dengan memakai kuasa dari nama Yesus. Yesus memberikan mereka kuasa untuk melanjutkan pelayanan-Nya di dunia setelah Ia naik ke sorga. Dan pekerjaan rasul-rasul tersebut dilanjutkan oleh orang-orang percaya pada masa kini. Ini berarti orang percaya pada masa kini juga memiliki kuasa yang sama untuk mengadakan mujizat dengan menggunakan nama Yesus.  
Sebagai seorang mahasiswa I-3 yang adalah orang percaya dapatlah juga menggunakan nama Yesus. Misalnya, seorang mahasiswa I-3 yang sedang dalam pergumulan akan macetnya sponsor maka dia dapat menggunakan kuasa nama Yesus untuk menolong. Karena kuasa nama Yesus memberi pembebasan dari kelemahan, kesusahan, dan kekhawatiran yang ada. Namun, terlebih dahulu dia yang adalah seorang yang percaya harus mengetahui dengan benar tentang kuasa nama Yesus. Untuk itulah, pada karya ilmiah ini penulis akan membahas tentang Kuasa Nama Yesus yang terdiri dari Dasar Kuasa Nama Yesus, Objek Kuasa Nama Yesus, dan Dampak Kuasa Nama Yesus.


BAB II
LATAR BELAKANG
         Pada bagian ini penulis akan membahas Analisa Sejarah, Analisa Konteks, dan Analisa Teks.

Analisa Sejarah
         Pada Analisa Sejarah ini penulis akan membahas tentang Penulis Kitab, Alamat Kitab, Karakteristik Kitab, Maksud dan Tujuan Kitab, Waktu dan Tempat Penulisan Kitab.

Penulis Kitab
        Dalam buku Introduksi Perjanjian Baru dituliskan bahwa penulis Kisah Para Rasul sama dengan penulis Injil Lukas. Itu berarti bahwa penulisnya ialah tabib Lukas. Lukas itu memang cocok untuk menulis Kisah Para Rasul, karena dia mengenal secara pribadi orang-orang yang disebut dengan nama. Walaupun Lukas tidak mengenal orang-orang Yerusalem karena dia tidak ikut serta dalam pelayanan di sana (1:1-12:25) namun ia dapat mengetahui informasi tentang jemaat di Yerusalem melalui Markus dan Yakobus. Markus adalah orang Yerusalem sehingga ia mengenal jemaat Yerusalem (Kis.12:2). Markus dan Lukas pernah melayani bersama-sama di Roma pada satu saat (Kol. 4:10,14). Begitu juga dengan Yakobus yang bertemu dengan Lukas dan Paulus di Yerusalem (Kis. 21: 17-18). Dari hal ini maka terdapat kemungkinan bagi Lukas untuk mendapat informasi tentang jemaat Yerusalem dari Markus dan Yakobus. Bukti lain yang menunjukkan Lukas sebagai penulis Kisah Para Rasul ialah adanya kemungkinan bahwa Lukas sendiri adalah seorang Antiokhia. Itu berarti bahwa dia cukup mengenal situasi di sana untuk menulis tentang perkembangan jemaat itu.[1] Lukas juga mengenal Barnabas dari dekat (Kis.13:1-2), dan ia mempunyai hubungan pribadi dengan Filipus (Kis. 21:8). Filipus ini adalah kawan sekerja Stefanus (Kis. 6:5) pastilah Lukas bertemu dengan kawan-kawan sekerja Paulus. Hal inilah yang membuat Lukas sungguh-sungguh menguasai bahan-bahan yang dilaporkan dalam Kisah Para Rasul.[2]
         Dalam Alkitab Penuntun juga menuliskan bahwa penulis Kisah Para Rasul adalah Lukas seorang dokter bukan Yahudi.[3] Kemudian pada buku Survei Perjanjian Baru menuliskan bahwa penulis Kisah Para Rasul adalah Lukas karena tulisan ini merupakan kelanjutan dari Injil Lukas. Penulis berbicara tentang “bukuku yang pertama” (Kisah 1:1), dan menunjukkan tulisannya pada Teofilus. Kenyataan ini menunjukkan adanya hubungan dengan Injil yang ditulis bagi orang yang sama. Ikhtisiar dari buku yang pertama, seperti yang termuat dalam Kisah Para Rasul 1:1-2, sangat sesuai dengan isi Injil Lukas dan cerita dimulai tepat pada titik di mana Injil Lukas berakhir.[4]
            Dari ketiga buku ini maka penulis menyimpulkan bahwa penulis Kisah Para Rasul adalah Lukas. Hal ini dapat dilihat dari penulilsan kitab ini dialamatkan pada orang yang sama yakni Teofilus dan Lukas yang berteman dengan Markus, Yakobus, Barnabas, Filipus sehingga ia dapat mengetahui dengan jelas dan baik tentang orang-orang yang ada di Yerusalem. Hal lain juga yang menunjukkan bahwa Lukas adalah penulis Kisah Para Rasul ialah karena ia seorang Antiokhia yang membuat dirinya cukup mengenal situasi di sana untuk menulis tentang perkembangan jemaat.
  
Alamat Kitab
         Alamat kitab ini sama dengan alamat Injil Lukas, yaitu Teofilus (1:1). Ini tidak berarti sama sekali bahwa Lukas hanya bermaksud untuk menulis kepada seorang pribadi saja. Sebenarnya alamatnya lebih luas. Seperti dalam Injil Lukas dia mengalamatkan Kisah Para Rasul kepada orang-orang yang berlatarbelakang agama kafir, sehingga mereka akan melihat perbuatan-perbuatan Allah dan melaluinya iman mereka dikuatkan.[5] Dalam buku Survei Perjanjian Baru juga menuliskan bahwa alamat kitab ini adalah Teofilus[6] Pada Alkitab Penuntun juga memaprkan bahwa pembaca mula-mula ialah Teofilus.[7]
         Jadi, penulis dapat simpulkan bahwa Alamat dari kitab ini adalah Teofilus tetapi tidak hanya untuk Teofilus saja. Dengan melalui Teofilus maka kitab ini dapat tersampaikan juga kepada orang-orang kafir sehingga mereka juga menjadi percaya.

Karakteristik Kitab
         Karakteristik kitab yang pertama dimulai dari nama kitab yang artinya adalah Roh Kudus yang diam di hati orang percaya, turut bekerja bersama-sama dalam segala sesuatu sebagai utusan Kristus yang dikuasai oleh Roh Kudus. Selanjutnya adalah gagasan utama Kisah Para Rasul yakni “Bersaksi Bagi Kristus” ayat kuncinya terdapat di dalam Kis. 1:8 yang menyatakan bahwa saksi-saksi Kristus yang diutus, sekaligus diberi perlengkapan rohani dan juga daerah pelayanannya. Kata kuncinya adalah kata “saksi” yang terdapat dalam berbagai bentuk sebanyak kira-kira 20 kali. Berikutnya Kisah Para Rasul adalah suatu lanjutan dari Injil Lukas. Injil Lukas diakhiri dengan cerita kenaikan Tuhan Yesus, dan Kisah Para Rasul dimulai dengan kenaikan itu. Dan yang terakhir kunci untuk mengerti Kisah Para Rasul ialah Kuasa Roh Kudus.[8]
Selanjutnya dalam buku karya Irving L. Jensen menuliskan bahwa pada dasarnya kitab ini merupakan sejarah permulaan Kekristenan yang didalamnya terdapat peranan aktif dari ketiga oknum Allah yakni: Rencana Allah, Penebusan Anak, dan Kuasa Roh Kudus. Kitab ini berisi catatan mengenai perbuatan Roh Kudus melalui para rasul. Dengan demikian kitab ini dapat dinamakan Kisah Perbuatan Roh Kudus.[9]
Berikutnya dalam Alkitab Sabda membagi karakteristik kitab ini dalam sembilan bagian, yakni: pertama, gereja yaitu kitab ini menyatakan sumber kuasa dan sifat sejati dari misi gereja, bersama beberapa prinsip yang harus menguasai gereja pada setiap angkatan. Kedua, Roh Kudus yaitu oknum ketiga dari Trinitas disebut secara khusus lima puluh kali; baptisan dalam dan pelayanan Roh Kudus memberikan kuasa Ilahi (Kis. 1:8), keberanian (Kis. 4:31), ketakutan yang kudus akan Allah (Kis. 5:3,5,11), kebijaksanaan (Kis. 6:3,10), bimbingan (Kis. 16:6-10) dan karunia-karunia Roh (Kis. 19:6). Ketiga amanat gereja mula-mula. Keempat, doa yaitu gereja mula-mula mengabdikan diri kepada doa yang tetap dan sungguh-sungguh; kadang-kadang sepanjang malam sehingga hasilnya luar biasa. Kelima, tanda-tanda, keajaiban-keajaiban dan mukjizat-mukjizat yang menyertai pekabaran Injil di dalam kuasa Roh Kudus. Keenam, penganiayaan. Ketujuh, urutan dari Yahudi ke non Yahudi. Kedelapan, keterlibatan wanita yang disebutkan secara khusus dalam pelaksanaan pelayanan gerejani. Kesembilan, kemenangan, yaitu tembok pemisah (nasional, keagamaan, budaya, atau suku) dan pertentangan serta penganiayaan tidak dapat menahan meluasnya Injil.[10]
Dari penjelasan ini maka penulis dapat menyimpulkan bahwa karaktristik dari Kisah Para Rasul adalah rencana Allah, penebusan Anak, dan kuasa Roh Kudus yang bekerja pada rasul-rasul yang menjadi saksi-saksi pada masa gereja mula-mula.

Maksud dan Tujuan Kitab
         Terdapat dua maksud dan tujuan dari Kitab ini yaitu: pertama, Lukas ingin menunjukkan bahwa Injil bergerak dengan kemenangan dari perbatasan Yudaisme yang sempit ke dunia kafir kendatipun tantangan dan penganiayaan. Kedua, Lukas mengungkapkan peranan Roh Kudus dalam kehidupan dan misi gereja, menekankan baptisan Roh Kudus sebagai persediaan Allah dalam memperkuat gereja untuk memberitakan Injil dan melanjutkan pelayanan Yesus.[11]
        Dalam Survei Perjanjian Baru menuliskan bahwa maksud dan tujuan kitab ini adalah meneguhkan iman dan memberikan suatu catatan sejarah yang dapat dimengerti tentang pernyataan Allah kepada manusia dalam karya Kristus, baik melalui jalan kehidupan pribadi-Nya maupun melalui gereja-Nya.[12]
        Ola Tulluan menuliskan bahwa maksud dan tujuan kitab ini ialah agar orang-orang yang berlatarbelakang agama kafir melihat perbuatan-perbuatan Allah sehingga melaluinya iman mereka dikuatkan.[13]
         Dari ketiga penjelasan diatas maka penulis menyimpulkan bahwa maksud dan tujuan dari kitab Kisah Para Rasul ada dua, yang pertama: mengungkapkan peranan Roh Kudus dalam diri rasul-rasul bagi pelayanan mereka pada masa gereja mula-mula, dan yang kedua: Lukas menunjukkan bahwa Injil bergerak dengan kemenangan dari perbatasan Yudaisme yang sempit ke dunia kafir kendatipun tantangan dan penganiayaan.  

Waktu dan Tempat Penulisan Kitab
         Waktu penulisannya dapat ditetapkan kira-kira tahun 62-63. Dikarenakan peristiwa yang terakhir yang dilaporkan adalah tentang keadaan Paulus dalam penjara di kota Roma. Yang kemudian dilepaskan dan melayani beberapa waktu.[14] Dalam Tafsiran Alkitab Wycliffe Volume 3 Perjanjian Baru dituliskan bahwa tanggal penulisan kitab ini terkait dengan masalah akhirnya yang mendadak. Tidak diketahui kapa kitab ini ditulis, tetapi kemungkinan pada suatu tanggal tidak lama sesudah akhir narasi. Jika memang demikian, maka Kisah Para Rasul ditulis sekitar tahun 62 M.[15] Kemudian pada Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan Seri:Life dituliskan bahwa Kisah Para Rasul merupakan penyambung antara kehidupan Kristen dan kehidupan gereja antara Injil-injil dan surat-surat kiriman yang tanggal penulisannya antara 68 dan 70 M.[16]  
         Dari penjelasan diatas maka penulis mengambil kesimpulan bahwa penulisan kitab ini terjadi sekitar tahun 62-63.

Analisa Konteks
         Pada Analisa Konteks ini penulis akan memaparkan Konteks Dekat dan Konteks Jauh dari teks yang dibahas.
         Dalam analisa konteks penulis melihat dan mengambil pembagian kitab yang dituliskan oleh Olla Tuluan:
PENDAHULUAN : RASUL-RASUL DISIAPKAN DAN DIBERI TUGAS (1:1-26).
         a. Sebelum Kristus naik ke Surga (1:1-8).
         b. Sesudah Kristus naik ke Surga (1:9-26).
I. PEKABARAN INJIL DI YERUSALEM (2:1-8:3).
         a. Pelayanan Petrus (2:1-5:42).
         b. Pelayanan Stefanus (6: 1-8:3).
II. PEKABARAN INJIL DI YUDEA SAMARIA (8:4-11:18).
         a. Pelayanan Filipus (8:4-40).
         b. Pelayanan Paulus dimulai (9:1-31).
        c. Pelayanan Petrus berakhir (9:32-11:18).
III. PEKABARAN INJIL KEPADA BANGSA-BANGSA KAFIR (11:19-28:35).
         a. Pelayanan Barnabas (11:19-12:25).
         b. Pelayanan rasul Paulus (13: 1-28:29).
                 i. Perjalanan Misi yang pertama (13:1-14:28)
                 ii. Sidang di Yerusalem (15:1-35)
                 iii. Perjalanan Misi yang kedua (15:36-18:22)
                 iv. Perjalanan Misi yang ketiga (18:23-21:14)
                  v. Paulus ditawan di Yerusalem (21:15-23:10)
                 vi. Paulus sebagai tawanan di Kaisarea (23:11-26:32)
                 vii. Paulus sebagai tawanan di Roma (27:1-28:29)
PENUTUP :
Tugas Paulus diselesaikan, tetapi penginjilan sedunia akan diteruskan (28:30-31).[17]
         Dari pembagian kitab tersebut maka dapatlah diketahui bahwa posisi teks yang dibahas terdapat di bagian pertama tentang pekabaran injil di Yerusalem (2:1-8:3) khususnya di dalam pelayanan Petrus (2:1-5:42).
         Selanjutnya dari teks yang telah dibaca maka menurut penulis inti dari teks ini adalah menceritakan suatu peristiwa mujizat yang dilakukan oleh Petrus terhadap orang yang lumpuh saat dia dan Yohanes pergi ke Bait Allah untuk sembahyang. Selanjutnya penulis akan menjelaskan tentang Konteks Dekat dan Konteks Jauh.

Konteks Dekat
         Pada bagian ini penulis akan memaparkan dalam dua bagian yakni Konteks Sebelum Teks dan Konteks Sesudah Teks.

Konteks Sebelum Teks
         Konteks sebelum teks yang dibahas terdapat dalam Kisah Para Rasul 2:41-47 “Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa. Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa. Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda. Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masin g-masing. Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.”[18]
Teks ini menuliskan tentang cara hidup jemaat yang pertama yang semakin bertambah jumlahnya sebagai akibat dari pengajaran rasul-rasul maupun mujizat-mujizat yang dilakukan oleh mereka. Para jemaat hidup dengan bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan persekutuan yang dibuktikan dengan  selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa, menjadikan kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan menjual harta lalu membagi-bagikannya. Teks ini memiliki keterkaitan dengan teks yang dibahas karena peristiwa mujizat yang terjadi pada teks yang dibahas adalah bukti salah satu mujizat yang dilakukan oleh rasul-rasul dan ini juga adalah tindakan yang dapat dilakukan oleh karena kehidupan mereka yang bertekun di dalam persekutuan dan di dalam doa.

Konteks Sesudah Teks
         Konteks sesudah teks yang diteliti tertulis dalam Kisah Para Rasul 3:11-26 “Karena orang itu tetap mengikuti Petrus dan Yohanes, maka seluruh orang banyak yang sangat keheranan itu datang mengerumuni mereka di serambi yang disebut Serambi Salomo. Petrus melihat orang banyak itu lalu berkata: "Hai orang Israel, mengapa kamu heran tentang kejadian itu dan mengapa kamu menatap kami seolah-olah kami membuat orang ini berjalan karena kuasa atau kesalehan kami sendiri? Allah Abraham, Ishak dan Yakub, Allah nenek moyang kita telah memuliakan Hamba-Nya, yaitu Yesus yang kamu serahkan dan tolak di depan Pilatus, walaupun Pilatus berpendapat, bahwa Ia harus dilepaskan. Tetapi kamu telah menolak Yang Kudus dan Benar, serta menghendaki seorang pembunuh sebagai hadiahmu. Demikianlah Ia, Pemimpin kepada hidup, telah kamu bunuh, tetapi Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati; dan tentang hal itu kami adalah saksi. Dan karena kepercayaan dalam Nama Yesus, maka Nama itu telah menguatkan orang yang kamu lihat dan kamu kenal ini; dan kepercayaan itu telah memberi kesembuhan kepada orang ini di depan kamu semua. Hai saudara-saudara, aku tahu bahwa kamu telah berbuat demikian karena ketidaktahuan, sama seperti semua pemimpin kamu. Tetapi dengan jalan demikian Allah telah menggenapi apa yang telah difirmankan-Nya dahulu dengan perantaraan nabi-nabi-Nya, yaitu bahwa Mesias yang diutus-Nya harus menderita. Karena itu sadarlah dan bertobatlah, supaya dosamu dihapuskan, agar Tuhan mendatangkan waktu kelegaan, dan mengutus Yesus, yang dari semula diuntukkan bagimu sebagai Kristus. Kristus itu harus tinggal di sorga sampai waktu pemulihan segala sesuatu, seperti yang difirmankan Allah dengan perantaraan nabi-nabi-Nya yang kudus di zaman dahulu. Bukankah telah dikatakan Musa: Tuhan Allah akan membangkitkan bagimu seorang nabi dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku: Dengarkanlah dia dalam segala sesuatu yang akan dikatakannya kepadamu. Dan akan terjadi, bahwa semua orang yang tidak mendengarkan nabi itu, akan dibasmi dari umat kita.  Dan semua nabi yang pernah berbicara, mulai dari Samuel, dan sesudah dia, telah bernubuat tentang zaman ini. Kamulah yang mewarisi nubuat-nubuat itu dan mendapat bagian dalam perjanjian yang telah diadakan Allah dengan nenek moyang kita, ketika Ia berfirman kepada Abraham: Oleh keturunanmu semua bangsa di muka bumi akan diberkati. Dan bagi kamulah pertama-tama Allah membangkitkan Hamba-Nya dan mengutus-Nya kepada kamu, supaya Ia memberkati kamu dengan memimpin kamu masing-masing kembali dari segala kejahatanmu."[19]
Teks ini menceritakan tentang khotbah Petrus di Serambi Salomo. Keterkaitan konteks sesudah teks dengan teks yang diteliti yaitu khotbah Petrus ini dilakukan sesudah ia melakukan mujizat yang dibahas dalam teks yang diteliti yaitu mujizat terhadap orang yang lumpuh dan melihat reaksi orang-orang yang menyaksikan peristiwa tersebut yaitu mereka merasa heran. Petrus menegur orang-orang yang tetap tidak percaya dengan semua pengajaran juga mujizat-mujizat yang telah dilakukan. Petrus menegur mereka yang tetap tidak percaya bahwa semua yang telah dilakukan oleh rasul-rasul itu semua berasal dari Yesus Kristus.  

Konteks Jauh
Konteks jauh dari teks ini yang membahas tentang kuasa nama Yesus dalam Perjanjian lama tidak secara langsung memakai nama Yesus tetapi dalam Perjanjian Lama dapatlah menunjukkan Tritunggal. Hal ini dapat dilihat dalam Kejadian 1:26 “Berfirmanlah Allah: Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi."[20] Kata “Kita” dalam terjemahan aslinya adalah ~yhil{a/ (elohim) yang merupakan kata benda maskulin jamak.[21] Jamak inilah yang menunjukkan Tritunggal yaitu Allah, Allah Firman yang adalah Yesus, dan Allah Roh.
Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa kuasa nama Yesus telah bekerja dari semulanya yaitu dalam Perjanjian Lama yakni pada saat penciptaan. Ini menunjukkan bahwa nama Yesus memang memiliki kuasa dan ini juga telah dibuktikan dari teks yang dibahas oleh penulis yaitu kesembuhan yang dialami oleh orang lumpuh yang dilakukan oleh Petrus dengan menggunakan kuasa nama Yesus.
Selanjutnya dalam Perjanjian Baru tidak hanya menunjukkan bahwa nama Yesus itu berkuasa namun yang memiliki nama itu yakni Yesus memang memiliki kuasa. Hal ini dapat kita lihat dalam Markus 2:1-12 “Kemudian, sesudah lewat beberapa hari, waktu Yesus datang lagi ke Kapernaum, tersiarlah kabar, bahwa Ia ada di rumah. Maka datanglah orang-orang berkerumun sehingga tidak ada lagi tempat, bahkan di muka pintu pun tidak. Sementara Ia memberitakan firman kepada mereka, ada orang-orang datang membawa kepada-Nya seorang lumpuh, digotong oleh empat orang. Tetapi mereka tidak dapat membawanya kepada-Nya karena orang banyak itu, lalu mereka membuka atap yang di atas-Nya; sesudah terbuka mereka menurunkan tilam, tempat orang lumpuh itu terbaring. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: "Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!" Tetapi di situ ada juga duduk beberapa ahli Taurat, mereka berpikir dalam hatinya "Mengapa orang ini berkata begitu? Ia menghujat Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?" Tetapi Yesus segera mengetahui dalam hati-Nya, bahwa mereka berpikir demikian, lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu berpikir begitu dalam hatimu? Manakah lebih mudah, mengatakan kepada orang lumpuh ini: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalan? Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa" -- berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu" Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!" Dan orang itu pun bangun, segera mengangkat tempat tidurnya dan pergi ke luar di hadapan orang-orang itu, sehingga mereka semua takjub lalu memuliakan Allah, katanya: "Yang begini belum pernah kita lihat.”[22]
Dari cerita diatas maka dapat disimpulkan bahwa Yesus memiliki kuasa untuk menyembuhkan orang yang sakit yaitu orang yang sakit lumpuh. Yesus adalah sumber dari kuasa tersebut. Jadi bila murid-murid-Nya yang telah diutus untuk memberitakan Injil memakai nama-Nya dalam pelayanan mereka maka kuasa Yesus akan dinyatakan atas setiap pelayanan mereka karena memang Dia berkuasa.

Analisa Teks
Pada Analisa Teks ini penulis akan menguraikan tentang Terjemahan Teks dan Struktur Teks.
Terjemahan Teks
Pada Terjemahan Teks ini penulis akan memaparkan teks yang dibahas dalam beberapa terjemahan yakni: Terjemahan Bahasa Indonesia Sehari-hari, Terjemahan Bahasa Yunani, dan Terjemahan King James Version.

Terjemahan Bahasa Indonesia Sehari-hari
        Pada suatu hari Petrus dan Yohanes pergi ke Rumah Tuhan pada pukul tiga sore, yaitu pada waktu untuk berdoa. Di sana di pintu gerbang yang disebut "Pintu Indah", ada seorang laki-laki yang lumpuh sejak lahir. Setiap hari orang itu dibawa ke sana untuk mengemis kepada orang-orang yang masuk ke Rumah Tuhan. Ketika orang itu melihat Petrus dan Yohanes sedang masuk ke Rumah Tuhan, ia minta mereka memberikan sesuatu kepadanya. Maka mereka menatap dia, kemudian Petrus berkata, "Pandanglah kami!" Lalu orang itu memperhatikan mereka dengan harapan akan mendapat sesuatu dari mereka. Tetapi Petrus berkata kepadanya, "Saya tidak punya uang sama sekali. Tetapi apa yang ada pada saya, itu akan saya berikan kepadamu: Dengan kuasa Yesus Kristus orang Nazaret itu, berjalanlah!" Lalu Petrus memegang tangan kanan orang lumpuh itu dan menolong dia bangun. Langsung kaki orang itu dan mata kakinya menjadi kuat. Lalu ia melompat berdiri, dan mulai berjalan ke sana kemari. Kemudian ia masuk ke Rumah Tuhan bersama-sama Petrus dan Yohanes, sambil berjalan dan melompat-lompat dan memuji Allah. Semua orang melihat dia berjalan dan memuji-muji Allah. Lalu mereka menyadari bahwa dialah pengemis yang biasanya duduk di "Pintu Indah" di Rumah Tuhan. Mereka heran sekali dan kagum melihat apa yang terjadi kepadanya.[23]

Terjemahan Bahasa Yunani
         Pe,troj de. kai. VIwa,nnhj avne,bainon eivj to. i`ero.n evpi. th.n w[ran th/j proseuch/j th.n evna,thnΓ… kai, tij avnh.r cwlo.j evk koili,aj mhtro.j auvtou/ u`pa,rcwn evbasta,zeto( o]n evti,qoun kaqV h`me,ran pro.j th.n qu,ran tou/ i`erou/ th.n legome,nhn ~Wrai,an tou/ aivtei/n evlehmosu,nhn para. tw/n eivsporeuome,nwn eivj to. i`ero,n\ o]j ivdw.n Pe,tron kai. VIwa,nnhn me,llontaj eivsie,nai eivj to. i`ero,n( hvrw,ta evlehmosu,nhn labei/nΓ…  avteni,saj de. Pe,troj eivj auvto.n su.n tw/| VIwa,nnh| ei=pen\ ble,yon eivj h`ma/jΓ… o` de. evpei/cen auvtoi/j prosdokw/n ti parV auvtw/n labei/nΓ… ei=pen de. Pe,troj\ avrgu,rion kai. crusi,on ouvc u`pa,rcei moi( o] de. e;cw tou/to, soi di,dwmi\ evn tw/| ovno,mati VIhsou/ Cristou/ tou/ Nazwrai,ou Îe;geire kai.Ð peripa,teiΓ… kai. pia,saj auvto.n th/j dexia/j ceiro.j h;geiren auvto,n\ paracrh/ma de. evsterew,qhsan ai` ba,seij auvtou/ kai. ta. sfudra,(
kai. evxallo,menoj e;sth kai. periepa,tei kai. eivsh/lqen su.n auvtoi/j eivj to. i`ero.n peripatw/n kai. a`llo,menoj kai. aivnw/n to.n qeo,nΓ… kai. ei=den pa/j o` lao.j auvto.n peripatou/nta kai. aivnou/nta to.n qeo,n\ evpegi,nwskon de. auvto.n o[ti auvto.j h=n o` pro.j th.n evlehmosu,nhn kaqh,menoj evpi. th/| w`rai,a| pu,lh| tou/ i`erou/ kai. evplh,sqhsan qa,mbouj kai. evksta,sewj evpi. tw/| sumbebhko,ti auvtw/|Γ…[24]

Terjemahan King James Version
Now Peter and John went up together into the temple at the hour of prayer, being the ninth hour. And a certain man lame from his mother's womb was carried, whom they laid daily at the gate of the temple which is called Beautiful, to ask alms of them that entered into the temple; Who seeing Peter and John about to go into the temple asked an alms. And Peter, fastening his eyes upon him with John, said, Look on us. And he gave heed unto them, expecting to receive something of them. Then Peter said, Silver and gold have I none; but such as I have give I thee: In the name of Jesus Christ of Nazareth rise up and walk. And he took him by the right hand, and lifted him up: and immediately his feet and ankle bones received strength. And he leaping up stood, and walked, and entered with them into the temple, walking, and leaping, and praising God. And all the people saw him walking and praising God: And they knew that it was he which sat for alms at the Beautiful gate of the temple: and they were filled with wonder and amazement at that which had happened unto him.[25]
Struktur Teks
         Pada teks yang dibahas terdapat struktur yang dipaparkan oleh beberapa penafsir. Yang pertama dari Simon J. Kistemaker yang memberikan tema pada pasal 3:1-5:16 ialah The Power of Jesus’Name yang terdiri dari:
1. Setting (Tempat Peristiwa) pada pasal 3:1-5
2. Miracle (Keajaiban) pada pasal 3: 6-10[26]
Yang kedua, dari Herbert Lockyer yang menuliskan bahwa cerita ini menceritakan tentang Petrus yang menyembuhkan orang lumpuh. Petrus dalam melakukan keajaiban terhadap orang lumpuh tersebut menyatakan bahwa dirinya tidak memiliki kekuatan/kuasa, berbeda dengan Gurunya yaitu Yesus yang tidak pernah ragu untuk bertindak atas nama-Nya sendiri. Sementara Yesus berada di antara murid-murid-Nya, Dia memberikan mereka kuasa untuk melakukan mukjizat, dan Dia menjanjikan kepada mereka sebuah tanda-tanda yang didelegasikan setelah kenaikan-Nya, yaitu kuasa yang sangat nyata sepanjang Kisah Para Rasul.[27]
Yang ketiga, dari Charles F. Baker yang memaparkan bahwa setelah kenaikan Yesus, para murid melanjutkan kegiatan mereka setiap hari di Bait Allaht. Pada bagian ini, menceritakan tentang Petrus dan Yohanes yang datang ke Bait Allah untuk berdoa. Saat mereka sampai di Gerbang Indah ada seorang pengemis yang telah lumpuh sejak lahir. Petrus mengatakan bahwa mereka tidak mempunyai uang, tapi apa yang mereka punya itu yang mereka berikan. Lalu Petrus memerintahkan dia dalam nama Yesus Kristus dari Nazaret untuk bangkit dan berjalan. Lalu orang itu pun sembuh dan memuji Tuhan.[28]
         Dari pendapat ketiga penafsir diatas maka penulis memberikan tema “Kuasa Nama Yesus”. Dari tema tersebut penulis ingin menjelaskan ciri-ciri dari kuasa nama Yesus dengan menyusun struktur teksnya sebagai berikut:
1. Dasar Kuasa Nama Yesus (ay. 1)
2. Objek Kuasa Nama Yesus (ay. 2-5)
3. Dampak Kuasa Nama Yesus (ay. 6-10)

BAB III
URAIAN EKSEGETIS
         Pada uraian eksegetis ini penulis akan menjelaskan struktur teks yang telah dibuat, yaitu: Dasar Kuasa Nama Yesus (ay.1), Objek Kuasa Nama Yesus (ay.2-5), dan Dampak Kuasa Nama Yesus (ay.6-10).

Dasar Kuasa Nama Yesus (ay.1)
            Dalam bagian ini Lukas menuliskan pada waktu tiga petang naiklah Petrus dan Yohanes ke Bait Allah. Kata naiklah berasal dari bahasa Yunani avne,bainon (verb 3 plural imperfect active indicative) yang diartikan berjalan naik.[29]  Kata ini berasal dari kata dasar avnabai,nw yang berarti naik, berjalan naik, naik (ke kapal), kabar sampai, timbul pikiran, bertumbuh, bertumbuh tinggi, naik tinggi, timbul, dan menyampaikan. Kata ini dipakai sebanyak 82 kali dalam Perjanjian Baru.[30] Jadi, ternyata kata naiklah itu juga berarti berjalan naik. Berjalan naik disini yang dimaksudkan ialah berjalan naik ke Bait Allah. Alasan penulis menggunakan kata ini adalah untuk mendukung penulis dalam menjelaskan bahwa dasar dari kuasa Nama Yesus ialah orang-orang yang memiliki kebiasaan untuk pergi ke Bait Allah dengan tujuan berdoa dan bersekutu bersama. Kata pergi dalam NIV menggunakan kata “going up” yang berarti pergi naik. Dalam BIS menggunakan kata “pergi”. Tense yang digunakan adalah kata kerja orang ke tiga jamak imperfek indikatif aktif.[31] Kata kerja orang ketiga jamak artinya tindakan berjalan naik itu dilakukan oleh mereka (Petrus dan Yohanes). Tense imperfek menunjukkan bahwa suatu pekerjaan/perbuatan sedang dilakukan atau dilakukan berulang-ulang dalam waktu yang lampau. Dalam bahasa Indonesia tense ini tidak dapat dinyatakan tanpa keterangan waktu.[32] Untuk itu Lukas dalam ayat ini menuliskan keterangan waktunya yaitu pukul tiga petang yang menunjukkan kepada indikatif yaitu indikasi waktu. Jadi, kata berjalan naik dalam kata kerja orang ketiga jamak imperfek indikatif aktif dapat diartikan bahwa mereka yaitu Petrus dan Yohanes telah dan secara berulang-ulang berjalan naik ke Bait Allah atau dapat dimengerti bahwa tindakan pergi ke Bait Allah adalah suatu kebiasaan yang dilakukan oleh Petrus dan Yohanes.
Manford George Gutzke mengatakan bahwa Bait Allah adalah tempat peribadahan orang-orang Yahudi. Orang-orang Yahudi secara keseluruhan tidak percaya apa yang dipercayai oleh Petrus dan Yohanes, yaitu percaya pada Yesus Kristus. Petrus dan Yohanes pergi ke Bait Allah karena itu adalah tempat peribadahan umum, dan untuk menyembah Tuhan di depan umum. Karena ini adalah suatu tindakan yang menghormati Tuhan. Petrus dan Yohanes pergi ke Bait Allah pada waktu sembahyang. Mereka tidak pergi ke sana untuk mengajar atau untuk mengubah seseorang atau untuk mengubah keadaan apapun. Tujuan mereka bukan untuk mengkritik orang-orang Yahudi. Tujuan mereka pergi ke sana adalah untuk menyembah Tuhan.[33]
Jadi, pada bagian ini dapat disimpulkan bahwa Petrus dan Yohanes adalah rasul-rasul yang memiliki kebiasaan pergi ke Bait Allah untuk menyembah Tuhan. Ini menunjukkan bahwa mereka adalah orang-orang yang setia dan tentu saja memiliki kedisiplinan dalam beribadah atau kedisiplinan dalam menyembah Tuhan. Maka dapatlah diketahui dasar dari kuasa nama Yesus yang bekerja pada diri Petrus adalah karena dia memiliki kebiasaan atau kedisiplinan pergi ke Bait Allah untuk berdoa, bersekutu, dan menyembah Tuhan.

Objek Kuasa Nama Yesus (ay.2-5)
         Selanjutnya pada bagian ini Lukas menuliskan di situ ada seorang laki-laki, yang lumpuh sejak lahirnya sehingga ia harus diusung. Kata lumpuh berasal dari bahasa Yunani cwlo.j (adjective masculine singular nominative no degree),[34] yang diartikan lumpuh, pincang, yang kakinya dipotong. Kata ini dipakai sebanyak 14 kali dalam Perjanjian Baru.[35] Alasan penulis menggunakan kata ini adalah untuk mendukung penulis dalam menjelaskan bahwa objek dari kuasa nama Yesus adalah orang-orang yang lemah. Kata lumpuh dalam NIV menggunakan kata “crippledyang berarti pincang, timpang, melumpuhkan, dan membuat pincang. Dalam BIS juga menggunakan kata lumpuh.[36] Dalam KBBI kata lumpuh didefinisikan sebagai keadaan lemah dan tidak bertenaga atau tidak dapat bergerak lagi (tentang anggota badan, terutama kaki), tidak berjalan (berlangsung) sebagaimana mestinya.[37] Kata ini adalah bentuk kata sifat maskulin tunggal nominatif tanpa tingkatan.[38] Maskulin tunggal mengarahkan pada laki-laki yang lumpuh itu. Nominatif adalah bentuk kata dasar dengan fungsi untuk menyatakan subyek dalam kalimat. Jadi yang menjadi pokok utama atau pokok bahasan pada ayat 2 ini adalah laki-laki lumpuh tersebut.
         Firman Tuhan selanjutnya menuliskan bahwa tiap-tiap hari orang itu diletakkan dekat pintu gerbang Bait Allah. Kata diletakkan berasal dari bahasa Yunani evti,qoun (verb 3 plural imperfect active indicative), yang diartikan meletakkan.[39] Kata ini berasal dari kata dasar ti,qhmi yang berarti meletakkan, membaringkan, menempatkan, menekuk, menghidangkan, menyerahkan, menanggalkan, menjelaskan, membuat, menetapkan, menentukan, dan mempercayakan. Kata ini dipakai sebanyak 100 kali dalam Perjanjian Baru.[40] Jadi, ternyata kata diletakkan itu juga berarti meletakkan. Alasan penulis menggunakan kata ini adalah untuk membantu penulis dalam mempertegas penjelasan bahwa objek dari kuasa nama Yesus adalah seorang yang lumpuh yakni seorang yang tidak dapat berbuat apa-apa sehingga memerlukan bantuan orang lain untuk membawanya ke Gerbang Bait Allah. Kata diletakkan dalam NIV menggunakan kata “put” yang berarti menaruh, menempatkan. Dalam BIS menggunakan kata dibawa. Tense yang digunakan adalah kata kerja orang ke tiga jamak imperfek indikatif aktif.[41] Kata kerja orang ketiga jamak artinya tindakan meletakkan itu dilakukan oleh mereka/orang banyak. Tense imperfek menunjukkan bahwa suatu pekerjaan/perbuatan sedang dilakukan atau dilakukan berulang-ulang dalam waktu yang lampau. Dalam bahasa Indonesia tense ini tidak dapat dinyatakan tanpa keterangan waktu.[42] Untuk itu Lukas dalam ayat ini menuliskan keterangan waktunya yaitu tiap-tiap hari atau dapat dikatakan setiap harinya orang lumpuh tersebut diletakkan di dekat pintu gerbang Bait Allah yang menunjukkan kepada indikatif yaitu indikasi waktu. Jadi, kata diletakkan dalam kata kerja orang ketiga jamak imperfek indikatif aktif dapat diartikan bahwa mereka atau orang-orang telah dan secara berulang-ulang meletakkan laki-laki lumpuh tersebut di dekat pintu gerbang Bait Allah. Maka dapat diketahui bahwa sudah menjadi kebiasaan orang-orang untuk meletakkan laki-laki lumpuh itu di dekat pintu gerbang Bait Allah.
        Laki-laki lumpuh tersebut diletakkan di dekat pintu gerbang Bait Allah untuk meminta sedekah pada setiap orang yang hendak masuk ke Bait Allah. Kata meminta pada ayatnya yang ketiga dalam terjemahan aslinya adalah hvrw,ta (verb 3 singular imperfect active indikatif) yang diartikan ia terus meminta. Kata ini berasal dari kata dasar evrwta,w yang berarti bertanya, meminta yang dipakai sebanyak 63 kali dalam Perjanjian Baru.[43] Jadi, ternyata kata meminta itu juga berarti bertanya. Bertanya di sini yang dimaksudkan ialah bertanya akan sedekah yang ada pada Petrus dan Yohanes karena ia menginginkan hal itu. Alasan penulis memakai kata meminta adalah untuk mendukung penulis dalam menjelaskan bahwa objek dari kuasa nama Yesus yang berikutnya adalah orang yang berkekurangan, orang yang lemah, dan orang yang tidak memiliki apa-apa untuk itu memerlukan sesuatu agar dapat berguna bagi dirinya. Kata meminta dalam NIV menggunakan kata “asked” yang berarti meminta. Dalam BIS juga menggunakan kata meminta. Tense yang digunakan adalah kata kerja orang ke tiga tunggal imperferk indikatif aktif.[44] Orang ketiga tunggal yang dimaksudkan ialah laki-laki yang lumpuh. Tense imperfek menunjukkan bahwa suatu pekerjaan/perbuatan sedang dilakukan atau dilakukan berulang-ulang dalam waktu yang lampau. Dalam bahasa Indonesia tense ini tidak dapat dinyatakan tanpa keterangan waktu.[45] Untuk itu pada ayat yang kedua telah dijelaskan bahwa pekerjaan meminta ini telah dilakukannya tiap-tiap hari. Jadi, kata meminta dalam kata kerja orang ketiga tunggal imperfek indikatif aktif dapat diartikan bahwa dia (laki-laki lumpuh) telah berulang-ulang melakukan tindakan meminta atau telah berulang-ulang bertanya tentang sedekah dan meminta sedekah itu pada setiap orang yang masuk ke Bait Allah, khususnya pada bagian ini adalah Petrus dan Yohanes.
Manford G. Gutzke menyebutkan yang paling khas dari laki-laki tersebut adalah bahwa dia cacat. Manusia cenderung merasakan keterbatasan pribadi, kekurangan dan kelemahannya. Laki-laki ini, dia lahir lumpuh dan merasakan keterbatasan pribadi, kekurangan dan kelemahan yang ada pada dirinya. Dia membutuhkan bantuan. Dia tidak tahu apa-apa tentang Petrus dan Yohanes. Satu-satunya yang dia tahu adalah bahwa mereka akan pergi ke Bait Allah, dan dia meminta bantuan dari mereka.[46]
Simon J. Kistemaker juga menjelaskan bahwa Petrus tidak tertarik dengan kondisi pria tersebut, yakni perannya sebagai pengemis. Petrus menatapnya untuk memberi efek penyembuhan sehingga pria itu bisa dipulihkan secara fisik. Dia mematuhi permintaan Petrus dan melihat sang rasul, dengan harapan untuk menerima sesuatu dari mereka.[47]
Jadi, dapat disimpulkan bahwa laki-laki lumpuh tersebut adalah orang yang lemah, berkekurangan, dan terbatas tetapi memiliki harapan akan menerima sesuatu dari setiap orang yang masuk, yang dimaksudkan di sini ialah Petrus dan Yohanes. Maka dapat diketahui bahwa objek dari kuasa nama Yesus adalah orang yang memiliki kelemahan, kekurangan, dan keterbatasan sehingga memerlukan bantuan. Tidak hanya itu saja tapi juga orang yang memiliki harapan akan mendapat sesuatu.

Dampak Kuasa Nama Yesus (ay.6-10)
Berikutnya, Petrus berkata kepada laki-laki lumpuh tersebut bahwa dia tidak mempunyai apa yang diinginkan olehnya. Tetapi Petrus akan memberikan apa yang dimiliki oleh dirinya, yaitu kuasa untuk dapat menyembuhkan dia dari kelumpuhannya. Dengan memakai kuasa nama Yesus, Petrus berkata kepada orang lumpuh itu “berjalanlah”. Kata berjalanlah berasal dari bahasa Yunani peripa,tei (verb 2 singular present active imperative), yang diartikan berjalanlah.[48] Kata ini berasal dari kata dasar  peripate,w  yang berarti berjalan mengelilingi, berjalan keliling, berjalan kian kemari, berjalan, dan hidup. Kata ini dipakai sebanyak 95 kali dalam Perjanjian Baru.[49] Jadi, ternyata kata berjalanlah itu juga berarti berjalan keliling. Alasan penulis menggunakan kata ini adalah untuk mendukung penulis dalam menjelaskan bahwa Petrus tidak hanya mengatakan untuk berjalan tetapi berjalan kian kemari. Kata berjalan dalam BIS memakai kata berjalan dan dalam NIV juga memakai kata “walk”. Tense yang digunakan adalah kata kerja orang kedua tunggal present imperatif aktif.[50] Orang kedua yang dimaksudkan ialah engkau (laki-laki lumpuh). Present imperatif adalah suatu perintah atau permintaan agar berbuat sesuatu terus-menerus atau berbuat berulang-ulang kali.[51] Jadi, kata berjalanlah dalam kata kerja orang kedua tunggal present inperatif aktif dapat diartikan bahwa Petrus memerintahkan kepada orang lumpuh itu untuk terus menerus berjalan kian kemari atau berjalanlah engkau terus menerus kian kemari. Maka dapat diketahui bahwa Petrus tidak hanya memberikan perintah berjalan pada orang lumpuh itu tetapi juga berjalanlah kian kemari.  
Perintah Petrus itu terbukti pada ayat yang kedelapan yang menuliskan bahwa laki-laki lumpuh itu melonjak berdiri lalu berjalan kian kemari dan mengikuti mereka ke dalam Bait Allah, berjalan dan melompat-lompat serta memuji Allah. Kata memuji berasal dari bahasa Yunani aivnw/n (verb present active participle masculin singular nominatif), yang diartikan memuji.[52] Kata ini berasal dari kata dasar  aivne,w yang berarti juga memuji. Kata ini dipakai sebanyak 8 kali dalam Perjanjian Baru.[53] Alasan penulis memakai kata ini adalah untuk membantu penulis dalam menjelaskan bahwa akibat dari kuasa nama Yesus itu tidak hanya orang lumpuh itu dapat berjalan tetapi orang lumpuh itu juga memuji Allah. Kata “memuji” dalam NIV menggunakan kata “praising” yang berarti memuji. Dalam BIS juga memakai kata memuji.[54] Tense yang digunakan adalah kata kerja partisip present aktif maskulin tunggal nominatif.[55] Partisip present sebagai suatu tindakan yang dilakukan pada waktu yang sama dengan apa yang disebut oleh kata kerja dalam induk kalimat,[56] yaitu berjalan dan melompat-lompat. Maskulin tunggal nominatif menunjukkan bahwa laki-laki lumpuh tersebut adalah subyek dalam kalimat. Jadi, kata memuji dalam kata kerja partisip present aktif maskulin tunggal nominatif dapat diartikan bahwa laki-laki lumpuh berjalan dan melompat-lompat sambil memuji Allah.  
Manford G. Gutzke memaparkan bahwa nama Yesus mengacu pada kelahiran, pelayanan, penderitaan, kematian, kebangkitan, dan kenaikan-Nya. Selanjutnya, nama Kristus menunjuk Mesias, yang adalah meninggikan Anak Allah. Juga, Nazareth sebagai tempat ditambahkan untuk identifikasi lebih lanjut yaitu seperti yang ditulis oleh Pilatus di atas papan yang dilekatkan pada salib Yesus (Yohanes 19:19). Kesembuhan dalam nama Yesus Kristus dari Nazaret menuntut iman dari pihak laki-laki lumpuh. Petrus memerintahkan dia untuk berjalan, tetapi dia hanya dapat berjalan jika dia menaruh imannya kepada Yesus.[57]
Tidak hanya itu dalam Tafsiran Alkitab Wycliffe Volume 3 dijelaskan bahwa selain berjalan dia juga memuji Tuhan sambil mengiringi Petrus dan Yohanes masuk ke Bait Allah. Hal ini menunjukkan akan sukacita dan kekuatan yang baru saja diperolehnya. Seruan-seruannya menarik perhatian banyak orang, yang terperanjat menyaksikan orang yang setiap hari mereka lihat tergeletak di Gebang Indah kini melompat-lompat karena sukacita. [58]
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kesembuhan yang dialami oleh laki-laki lumpuh tersebut sehingga ia dapat berjalan, melompat-lompat dan memuji Tuhan itu karena kuasa nama Yesus yang bekerja dalam dirinya. Kuasa nama Yesus dapat bekerja dalam dirinya oleh karena adanya iman dalam dirinya bahwa dengan nama Yesus dia dapat berjalan. Maka dapat dipahami bahwa dampak dari kuasa nama Yesus adalah pembebasan dari kelemahan, keterbatasan, dan kekurangan juga adanya pujian yang dinaikkan sebagai bentuk sukacita yang luar biasa atas pekerjaan Tuhan yang dapat membawa orang mengenal Tuhan Yesus Kristus (bersaksi).

BAB IV
RELEVANSINYA UNTUK MAHASISWA I-3 PADA MASA KINI
Pada bagian ini penulis akan memaparkan Relevansi teks yang telah dibahas untuk mahasiswa I-3 pada masa kini.

Relevansi
1. Kuasa nama Yesus masih bekerja hingga saat ini dan tentu saja juga masih bekerja dalam setiap pribadi mahasiswa I-3. Dalam menghadapi berbagai kesulitan hidup/pergumulan yang dapat membuat diri akhirnya menjadi lemah, terbatas, berkekurangan seharusnya sebagai orang yang percaya harus percaya akan kuasa nama Yesus. Untuk itu harus disadari bahwa kuasa nama Yesus itu akan bekerja apabila mahasiswa I-3 telah memiliki kedisiplinan untuk berdoa, bersekutu, dan menyembah Tuhan. Ini berarti dilakukan dengan setia, bukan hanya karena tergantung pada bel asrama dan semua kegiatan di kampus yang telah terjadwalkan. Tetapi karena memang memiliki kerinduan yang besar untuk memiliki hubungan yang intim dengan Allah yaitu Tuhan Yesus Kristus. Inilah yang menjadi dasar dari kuasa nama Yesus.  
2. Dalam menghadapi pergumulan, misalnya tiba-tiba macet sponsor atau mungkin merasa tidak mampu dengan salah satu mata kuliah yang dianggap sangat susah maka mahasiswa harus mengetahui bahwa kuasa nama Yesus bekerja pada orang-orang yang dalam keadaan seperti itu. Kuasa nama Yesus bekerja pada orang-orang yang memerlukan bantuan, yang lemah, yang terbatas, yang berkekurangan, dan yang memiliki harapan. Ini adalah objek dari kuasa nama Yesus.
3. Kuasa nama Yesus mampu untuk menolong mahasiswa dalam setiap pergumulan yang ada. Dengan memiliki kedispilinan rohani maka mahasiswa dapat menggunakan dan menyakini akan kuasa nama Yesus yang mampu untuk menolongnya. Menyadari bahwa kuasa nama Yesus dapat membebaskan mahasiswa dari kekhawatiran belum memiliki sponsor, kekhawatiran belum membayar uang sekolah, dll. Kuasa nama Yesus adalah kuasa yang memberi pembebasan dari kelemahan, keterbatasan, dan kekurangan. Dengan itu semua maka mahasiswa tentu saja sebagai rasa ungkapan sukacita dan syukur haruslah memuji Tuhan. Memuji Tuhan dengan kesungguhan hati dengan begitu orang lain pun dapat mengetahuinya dan juga dapat menjadi percaya pada Yesus. Ini berarti dampak dari kuasa nama Yesus adalah terbebas dari masalah serta ada kesaksian hidup dari pembebasan itu yang membawa orang mengenal Yesus Kristus sebagai Tuhan yang berkuasa.
BAB V
PENUTUP
Pada bab ketiga merupakan akhir dari tulisan ini yang meliputi: Kesimpulan dan Saran.

Kesimpulan
Kuasa nama Yesus adalah nama yang memiliki kuasa oleh karena Yesus sendiri yang empunya nama adalah Tuhan yang berkuasa. Kuasa nama Yesus masihlah berlaku pada masa kini dan akan terus ada pada setiap orang percaya. Kuasa nama Yesus dapatlah dipakai oleh mahasiswa I-3 karena mahasiswa I-3 adalah seorang yang percaya dan juga adalah hamba Tuhan yang mengerjakan misi-Nya di tengah-tengah dunia.  
Mahasiswa I-3 sebagai seorang hamba Tuhan haruslah mengerti tentang kuasa nama Yesus yang memberi pembebasan dari kelemahan, kesusahan, dan kekhawatiran yang ada. Namun, terlebih dahulu harus mengetahui bahwa kuasa nama Yesus bekerja pada setiap orang yang lemah, kuasa nama Yesus bekerja pada orang yang memiliki kedisiplinan rohani, dan kuasa nama Yesus adalah nama yang berkuasa memberikan pembebasan dari setiap kelemahan yang akhirnya dapat menjadi kesaksian hidup dan membawa orang lain mengenal Dia sebagai Tuhan Yesus Kristus yang berkuasa.

Saran
Saran yang dapat diberikan bagi mahasiswa I-3 ialah: Pertama, milikilah kedisiplinan rohani dengan setia bersekutu, berdoa, dan merenungkan firman-Nya setiap hari. Kedua, percaya akan kuasa nama Yesus yang memberi pembebasan pada setiap pergumulan. Ketiga, menjadi saksi bagi orang lain dengan pengalaman-pengalaman spiritual bersama Tuhan.




         [1] Ola Tulluan, Introduksi Perjanjian Baru, (Batu: Departemen Literatur YPPII, 1999), 91
         [2] Ola Tulluan, Introduksi Perjanjian Baru, (Batu: Departemen Literatur YPPII, 1999), 91-92
         [3] Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan Seri: Life, (Malang:Gandum Mas, 2016 ), 2238
         [4] Merrill C. Tenney, Survei Perjanjian Baru, (Malang: Gandum Mas, 2017), 284         
         [5] Ola Tulluan, Introduksi Perjanjian Baru, (Batu: Departemen Literatur YPPII, 1999), 91-92
         [6] Merrill C. Tenney, Survei Perjanjian Baru, (Malang: Gandum Mas, 2017), 284
         [7] Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan Seri: Life, (Malang:Gandum Mas, 2016 ), 2238
         [8] Ola Tulluan, Introduksi Perjanjian Baru, (Batu: Departemen Literatur YPPII, 1999), 91-95
[9] Irving L. Jensen, Kisah Para Rasul Buku Penuntun Belajar, (Bandung: Kalam Hidup), 9-10
[10] http://alkitab.sabda.org/article.php?id=242
[12] Merrill C. Tenney, Survei Perjanjian Baru, (Malang: Gandum Mas, 2017), 284
[13] Ola Tulluan, Introduksi Perjanjian Baru, (Batu: Departemen Literatur YPPII, 1999), 92
[14] Ibid, 92
[15] Charles F. Pferffer & Everett F. Harrison, Tafsiran Alkitab Wycliffe Volume 3 Perjanjian Baru, (Malang: Gandum Mas, 2008), 399-400
[16] Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan Seri: Life, (Malang: Gandum Mas, 2016), 2238
         [17] Ola Tulluan, Introduksi Perjanjian Baru, (Batu: Departemen Literatur YPPII, 1999), 101-102
         [18] Alkitab, (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2014), 143
         [19] Alkitab, (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2014), 2014
         [20] Alkitab, (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2014), 1
         [21] New American Standard, CD Program Bible Works 7: copyright 2006
         [22] Alkitab, (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2014), 42-43
[23] Alkitab Elektronik
[24] New American Standard, CD Program Bible Works 7: copyright 2006
[25] New American Standard, CD Program Bible Works 7: copyright 2006
[26] Simon J. Kistemaker, New Testament Commnetary, (Michigan: Baker Book House, 1990), 119-123
[27] Herbert Lockyer, All The Miracles of the Bible, (USA: Lamplighter Books, 1961), 260
[28] Charles F. Baker, Understanding The Book Of Acts, (USA: Library of Congress Catologing in Publication Data, 1981), 32
[29] Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid I, (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2006), 634
[30] Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid II, (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2006), 56
[31] Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid I, (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2006), 634
[32] Lynne Newel, Yunani Koine, (Malang: SAAT, 1977), 35
[33] Manford George Gutzke, Plain Talk On Acts, (USA: Zondervan Publishing House, 1966), 48
[34] Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid I, (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2006), 634
[35] Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid II, (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2006), 774
[36] Ibid, 634
[37] KBBI
[38] Ibid, 634
[39] Ibid, 634
[40] Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid II, (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2006), 708
[41] Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid I, (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2006), 634
[42] Lynne Newel, Yunani Koine, (Malang: SAAT, 1977), 35
[43] Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid II, (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2006), 297
[44] Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid I, (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2006), 635
[45] Lynne Newel, Yunani Koine, (Malang: SAAT, 1977), 35
[46] Manford G. Gutzke, Plain Talk On Acts, (USA: Zondervan Publishing House, 1966), 49
[47] Simon J. Kistemaker, New Testament Commentary Exposition of the Acts of the Apostles, (USA: Bake Book House Company, 1990), 122
[48] Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid I, (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2006), 635
[49] Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid II, (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2006), 591
[50] Ibid, 635
[51] Lynne Newel, Yunani Koine, (Malang: SAAT, 1977), 56
[52] Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid I, (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2006), 635
[53] Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid II, (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2006), 26
[54] Ibid, 635
[55] Ibid, 635
[56] Lynne Newel, Yunani Koine, (Malang: SAAT, 1977), 135
[57] Simon J. Kistemaker, New Testament Commentary Exposition of the Acts of the Apostles, (USA: Bake Book House Company, 1990), 123
[58] Charles F. Pfeiffer & Everett F, Harrison, The Wycliffe Bible Commentary Volume 3 Perjanjian Baru, (Malang: Gandum Mas, 2008), 411

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Panggilan Seorang Hamba Tuhan (Yeremia 1:4-8)

Khotbah Kisah Para Rasul 3:1-10

Mazmur 126